Senin, Desember 05, 2011

Task : Hadits Maudhu


Well, ini sih tugas makalah mata kuliah Ulumul Hadits semester I apa II yah ?? Lupa :( hhe. Hmm, ini benar-benar bukan makalah yg bisa dibilang bagus, but I hope ini bisa bermanfaat :)
Tugas
HADITS SCIENCE
HADITS MAUDHU’
Dosen Pengampu : Ajahari, M.Ag
stain-plkraya.jpg


Disusun Oleh :
Normayani Qamara (100 112 0577)
 

KEMENTRIAN AGAMA STAIN PALANGKARAYA
JURUSAN TARBIYAH PRODI BAHASA INGGRIS
2011 M/ 1432 H

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan makalah Ulumul Hadits, terkait dengan pembahasan mengenai Hadits Maudhu’ ini sesuai dengan petunjuk, kemampuan serta ilmu yang penulis miliki serta serta dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
            Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca, dan diharapkan pula wawasan kita mengenai hadits maudhu’ akan bertambah setelah membaca makalah ini.
            Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat membangun sangat kami harapkan deni kesempurnaanmakalah ini.      


Palangkaraya,  Maret 2011

                                                                                                                           Penulis.        



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A.    LATAR BELAKANG.......................................................................................... 1
B.     RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 1
C.     TUJUAN..............................................................................................................1
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................................... 3
A.    PENGERTIAN HADITS PALSU........................................................................ 3
B.     HUKUM HADITS MAUDHU’........................................................................... 3
C.     CIRI-CIRI HADITS MAUDHU’......................................................................... 4
D.    PERMASALAHAN TERKAIT HADITS PALSU............................................... 5
E.     KELOMPOK PEMALSU HADITS.................................................................... 6
F.      CONTOH HADITS PALSU.............................................................................. 11
BAB III KESIMPULAN................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Allah menurunkan Wahyu kepada Rasulullah SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia, kemudian dijelaskan melalui perkataan, perbuatan, dan takrir Rasulullah sehingga apa yang didengar, dilihat, dan disaksikan oleh para sahabat dapat dijadikan pedoman bagi amaliah dan ubudiyah mereka. Rasulullah SAW merupakan contoh satu-satunya bagi para sahabat dan umat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku Rasulullah yang berbeda dengan manusia yang lainnya. Sangat banyak pembahasan dan permasalahan mengenai hadits, termasuk juga mengenai hadits palsu dan permasalahannya.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami bahas pada makalah ini adalah :
1.      Apa pengertian hadits palsu atau hadits maudhu’ ?
2.      Apa hukum hadits palsu atau hadits maudhu’ ?
3.      Apa saja cirri-ciri hadits palsu atau hadits maudhu’ ?
4.      Apa saja permasalahan yang berkaitan dengan hadits palsu atau hadits maudhu’ ?
5.      Siapa saja yang termasuk dalam pemalsu hadits ?
6.      Apa saja contoh-contoh hadits palsu atau hadits maudhu’ ?
C.     Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini berbanding terbalik dengan rumusan masalah di atas, yakni :
1.      Untuk mengetahui pengertian hadits palsu atau hadits maudhu’.
2.      Untuk mengetahui hukum hadits palsu atau hadits maudhu’.
3.      Untuk mengetahui cirri-ciri hadits palsu atau hadits maudhu’.
4.      Untuk mengetahui permasalahan yang terkait dengan hadits palsu atau hadits maudhu’.
5.      Untuk mengetahui orang-orang atau kelompok pemalsu hadits.
6.      Untuk mengetahi contoh-contoh hadits palsu atau hadits maudhu’.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.      Pengertian Hadits Palsu
Menurut bahasa, kata maudhu’ merupakan isim maf’ul dari kata wada’a (وضع) , artinya menurunkan atau meletakkan atau meyimpan. Dan secara istilah : ulama hadist, yaitu hadist yang dibuat oleh seseorang pendusta dan disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik secara sengaja maupun tidak. Hadist semacam ini dinamakan dikenal juga dengan sebutan hadits palsu.
Di samping itu juga, Hadits maudhu’ atau hadits palsu adalah hadits dengan tingkat kelemahan paling rendah. Di dalam ilmu hadits, bisa diterima atau tidaknya sebuah hadits, dilihat dari dua hal, yaitu dari matan atau lafadz haditsnya dan sanad atau jalur orang yang meriwayatkannya. Hadits maudhu’ dikategorikan hadits mardud (tertolak), karena hadits tersebut cacat dari segi jalur periwayatannya. Sebab salah seorang perawinya (periwayat) diketahui berdusta, ia mengklaim ucapan seseorang sebagai hadits lalu menyebar luaskannya.[1] Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Barang siapa mengucapkan dariku dengan sebuah hadits yang dia kira bahwa hadits tersebut adalah dusta maka dia salah seorang pendusta.” (HR Muslim)

2.      Hukum Hadits Palsu atau Hadits Maudhu
Hadits maudhu’ atau palsu merupakan hadits yang sama sekali tidak bisa dijadikan dalil dan juga hadist ini merupakan hadist yang paling jelek di antara sekian banyak yang hadist yang dhaif. Bahkan menurut kesepakatan ulama, meriwayatkan hadits palsu adalah haram, jika tidak disertai keterangan bahwa hadits tersebut maudhu’. Berdasarkan hadits, “Janganlah engkau berdusta mengatasnamakan aku, karena sesungguhnya orang yang berdusta atas namaku, maka ia akan masuk neraka.” (HR. Muslim).

3.      Ciri-ciri Hadits Palsu atau Hadits Maudhu’
Tanda-tanda hadits palsu adalah sebagai berikut :
a.       Pengakuan orang yang memalsukannya.
b.      Bertentangan dengan akal. Biasanya kandungan hadits tersebut mengumpulkan dua hal yang bertentangan, menetapkan hal yang mustahil, meniadakan adanya sesuatu yang harus ada, dan selainnya.
c.       Bertentangan dengan yang diketahui secara pasti sebagai bagian dari agama. Misalnya hadits tersebut mengingkari salah satu rukun Islam, menghalalkan riba dan selainnya, menetapkan waktu terjadinya kiamat, atau menetapkan mungkin ada nabi setelah nabi Muhammad SAW.
d.      Isinya bertentangan dengan ketentuan agama, aqidah Islam. “Aku adalah penghabisan Nabi-nabi. Tidak ada Nabi sesudahku kecuali dikehendaki Allah". "Alllah menciptakan malaikat dari rambut tangan dan dada".
e.       Isinya bertentangan dengan ketentuan agama yang sudah qath'i seperti hadits-hadits :  "Anak zina tidak masuk sorga hingga tujuh turunan".  "Barangsiapa yang memperoleh anak, dan kemudian  diberi nama Muhammad, maka dia dan anaknya akan masuk surga ".
f.       Isinya mengandung obral pahala dengan amal yang sangat sederhana. Seperti hadits-hadits : " barangsiapa membaca La ilaha illallah maka Allah akan menjadikan baginya seekor burung yang mempunyai tujuh puluh lidah. Pada tiap-tiap lidah tujuh puluh ribu bahasa yang memohon ampun kepada Allah untuk orang tersebut ".   "Barangsiapa menafakahkan satu tali untuk mauludku maka aku akan menjadi penolongnya di yaumil qiyamah".
g.      Isinya mengandung kultus-kultus individu. Seperti hadits-hadits : "Di tengah ummatku kelak akan ada orang yang diberi nama Abu Hanifah an-Nu'man, ia adalah pelita ummatku ".  "Abbas itu adalah wasiatku dan ahli warisku".
h.      Isinya bertentangan dengan fakta sejarah. Seperti hadits-hadits yang menerangkan bahwa nabi pernah diberi semacam buah dari sorga pada sa'at mi'raj. Setelah kembali dari mi'raj kemudian bergaul dengan Khadijah dan lahirlah Fathimah dan seterusnya. Hadits ini bertentangan dengan fakta sejarah sebab mi'raj itu terjadi setelah wafatnya Khadijah dan setelah Fathimah lahir.[2]

4.      Permasalahan Permasalahan yang Terkait dengan Hadits Palsu atau Hadits Maudhu’
Perpecahan dibidang politik dikalangan ummat Islam yang memuncak dengan peristiwa terbunuhnya Utsman bin Affan, Khalifah ke-3 dari khulafa'ur rasyidin, dan bentrok senjata antara kelompok pendukung Ali bin Abi Thalib dan pendukung Mu'awiyah bin Abu Sufyan, telah mempunyai pengaruh yang cukup besar kearah timbulnya usaha-usaha sebagian ummat Islam membuat hadits-hadits palsu guna kepentingan politik. Golongan Syi'ah sebagai pendukung setia kepemimpinan. Ali dan keturunannya yang kemudian tersingkirkan dari kekuasaan politik waktu itu, telah terlibat dalam penyajian hadits-hadits palsu untuk membela pendirian politiknya.
Golongan ini termasuk golongan yang paling utama dalam usaha membuat hadits-hadits palsu yang kemudian disusul oleh banyak kelompok ummat Islam yang tidak sadar akan bahaya usaha-usaha yang demikian. Golongan Rafidhah ( salah satu sekte Syiah ) dinilai oleh sejarah sebagai golongan yang paling banyak membuat hadits-hadits palsu itu. Diantara hadits-hadits palsu yang membahayakan bagi kemurnian ajaran Islam, pertama-tama yalah yang dibuat oleh orang-orang jahat yang sengaja untuk mengotorkan ajaran Islam dan menyesatkan ummatnya.
Kemudian yang kedua yang dibuat oleh ummat Islam sendiri yang maksudnya baik seperti untuk mendorong orang Islam beribadah lebih rajin dan lain sebagainya, tetapi lupa akan dasar yang lebih pokok dan lebih prinsipil dalam agama. Dengan demikian motif-motif pembuatan hadits palsu itu dapat kita simpulkan antara lain sebagai berikut
a. Karena politik dan kepemimpinan,
b. Karena fanatisme golongan dan bahasa,
c. Karena kejahatan untuk sengaja mengotori ajaran Islam,
d. Karena dorongan untuk berbuat baik tetapi bodoh tentang agama,
e. Karena keanehan-keanehan sejarah dan lain-lain,
f.  Karena soal-soal fiqh dan pendapat dalam bidang ilmu kalam,
g. Dan lain-lain.[3]

5. Orang Orang dan Kelompok Pemalsu Hadits
Di antara tokoh pemalsu hadits yang terkenal adalah : Ishaq bin Najh Al Malathi, Makmun bin Ahmad Al Harowi, Muhammad ibnu As Saib Al Kulbi, Al Mughiroh bin Sa’id Al Kufi, Muqotil bin Abi Sulaiman, Al Waqidi, Ibnu Abi Yahya.
Pemalsu hadits terdiri dari beberapa kelompok :
1). Az Zindik
Kaum Zindik adalah mereka yang pura-pura masuk Islam untuk merusak akidah kaum muslimin, dan memperburuk citra islam, dan merubah hukum Islam, misalnya Muhammad bin Sa’id Al Mashlub yang dibunuh oleh Abu Ja’far Al Manshur. Dia memalsukan hadits dari Anas radhiallahu‘anhu yang disandarkan pada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya aku adalah penutup nabi, tidak ada nabi setelahku kecuali yang Allah kehendaki.”
Yang lain adalah ‘Abdul Karim bin Abi Al ‘Aujai yang dibunuh oleh salah seorang gubernur Abasiyah di Bashroh. Dia berkata saat dibawa untuk dibunuh, “Sesungguhnya aku telah membuat di tengah-tengah kalian empat ribu hadits. Di dalamnya aku haramkan yang halal dan aku halalkan yang haram.”
Sungguh dikatakan bahwa orang-orang zindik telah memalsukan atas nama Rosulullah shollallahu‘alaihi wa sallam sebanyak 14.000 hadits.
2). Orang yang hendak mencari muka kepada kholifah atau gubernur.
Misalnya Ghiyats bin Ibrohim. Ia pergi menemui Khalifah Al Mahdi yang sedang bermain burung merpati. Dikatakan padanya, “Sampaikan hadits pada amirul mukminin”, maka dia menyebutkan sebuah sanad untuk membuat hadits palsu atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh ada taruhan kecuali pada pacuan unta, melempar tombak, memanah, atau pacuan merpati.” Mendengar itu, Al Mahdi berkata “Aku yang menjadi penyebab orang itu membuat hadits palsu”, kemudian beliau meninggalkan burung merpati tersebut dan memerintahkan untuk disembelih.
3). Orang yang mencari perhatian kepada orang awam.
Kaum ini termasuk kelompok orang menyebut cerita yang aneh-aneh dalam rangka memotivasi mereka untuk berbuat taat, menakuti-nakuti mereka untuk berbuat maksiat, untuk mencari harta atau mencari kedudukan.,Semacam tukang-tukang kisah di masa silam, yaitu orang-orang yang berbicara, memberikan pengajian di masjid-masjid di tempat orang berkumpul dengan cerita yang membuat keterpengahan, berupa cerita yang aneh-aneh. Semisal dari Imam Ahmad ibn Hambal dan Imam Yahya ibn Ma’in. Keduanya suatu hari sholat di masjid Rosafah. Setelah selesai sholat berdirilah seorang tukang kisah/penceramah yang kemudian dia bercerita dan mengatakan “Bercerita kepada kami Ahmad ibn Hambal dan Yahya ibn Ma’in kemudian menyebutkan sanad sampai Rasulullah shallallahu‘alaihi wassallam. Kemudian dia mengatakan, “Barang siapa yang mengucapkan la ilaha illallah maka Allah ciptakan untuk setiap kalimat seekor burung, paruhnya dari emas, dan bulunya dari marjan (semacam tumbuh-tumbuhan yang indah) kemudian dia sebutkan sebuah kisah yang panjang.”
Ketika telah selesai bercerita, maka kemudian dia mengambil pemberian dari hadirin yang terkesima dengan ceritanya. Kemudian Imam Yahya ibn Ma’in berisyarat dengan tangannya kepada orang tersebut. Maka dia datang karena mengira akan mendapat uang. Imam Yahya ibn Ma’in bertanya kepadanya, “Siapa yang bercerita kepadamu hadits seperti ini?”  Maka orang tersebut menjawab tanpa merasa bersalah, “Yang bercerita adalah Ahmad ibn Hambal dan Yahya ibn Ma’in.” Maka Yahya ibn Ma’in mengatakan, “Saya ini Yahya ibn Ma’in dan sebelah saya ini adalah Ahmad ibn Hambal. Dan kami tidak pernah mendengar hadits seperti ini dalam haditsnya Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam.”
Maka si tukang cerita itu berkata, “Aku tidak pernah mengira kalau Yahya ibn Ma’in dan Ahmad ibn Hambal itu lebih bodoh daripada dari hari ini. Memangnya Ahmad ibn Hambal dan Yahya ibn Ma’in di dunia ini hanya dua saja.” Maka si tukang cerita berkata dengan beraninya, “Selalu saja aku dengar bahwasannya Yahya ibn Ma’in itu lebih dungu yang kuperkirakan kecuali pada detik ini. Aku tidak pernah mengira Yahya ibn Ma’in seorang bodoh, dan tidak pernah kuperkirakan ia ternyata lebih bodoh lagi dari hari ini. Seakan-akan di dunia ini tidak ada Yahya ibn Ma’in dan Ahmad ibn Hambal kecuali kalian berdua. Sungguh aku telah menulis hadits dari 17 orang yang bernama Ahmad ibn Hambal dan 17 orang yang bernama Yahya ibn Ma’in.” Maka Imam Ahmad pun meletakkan lengan bajunya ke wajahnya dan mengatakan kepada Yahya ibn Ma’in, “Biarkan dia pergi.” Lalu dia berdiri dengan gaya seperti orang yang mengejek Yahya ibn Ma’in dan Ahmad ibn Hamba.[4]
4). Kelompok orang-orang yang semangat membela agama
Kelompok orang-orang yang semangat membela agama akhirnya membuat hadits-hadits palsu tentang keutamaan Islam dan hal-hal yang berkaitan dengannya, tentang zuhud di dunia dan semacam itu. Maksudnya mulia, lillahita ‘ala tidak untuk mendapat uang tapi agar orang mempunyai perhatian terhadap agama. Semacam yang dilakukan Abu ‘Ishmah Nuh ibn Abi Maryam. Padahal dia seorang hakim di daerah Marwa. Dia membuat hadits-hadits palsu tentang keutamaan surat-surat Al-Qur’an, surat persura. Kemudian diia mengatakan motivasi membuat hadits palsu, “Sungguh aku lihat banyak orang berpaling dari membaca Al-Qur’an. Orang sibuk mempelajari fiqh Abu Hanifah dan kitab Siroh Ibnu Ishaq. Maka aku membuat hadits palsu tersebut.”
5). Karena penyakit fanatik
Kelompok ini termasuk orang-orang yang fanatik dengan madzhab fiqih atau suatu metode atau suatu negara yang dia ikuti. Mereka membuat hadits-hadits tentang sesuatu yang mereka fanatik dengan menyanjung-nyanjungnya, semacam perbuatan Maisaroh ibn Abdu Robbihi yang mengaku telah memalsukan hadits Nabi sebanyak 70 hadits tentang keutamaan Ali ibn Abi Thalib. Hadits hadits ini tidak boleh dijadikan dalil. Dalam hadits ini, terdapat tiga jenis permainan yang diperbolehkan dengan bertaruh, boleh juga tanpa bertaruh. Oleh karena itu, Syaikh Abdurrohman As Sa’di rohimahullah, membagi permainan menjadi tiga jenis,
a)      Permainan yang haram, baik menggunakan taruhan atau tidak. Misalnya permainan yang menggunakan dadu, catur.
b)      Permainan yang halal, yang diperbolehkan menggunakan taruhan atau tidak, yaitu tiga jenis lomba ini.
c)      Permainan yang halal jika tidak menggunakan taruhan. Yaitu perlombaan yang selain tiga jenis ini.[5]
Ulama menyebutkan, kelompok-kelompok ini membuat hadits karena motivasi ihtisaban (karena lillahi Ta’ala) namun membuat hadits palsu. Mereka mengatakan yang dilarang adalah “Barangsiapa berdusta atas namaku” sedangkan yang kami lakukan, “Barangsiapa berdusta yang menguntungkan Rosulullah”, jadi kami tidak dosa. Ini terjadi karena semangat tanpa ilmu. Mutahamisun terjadi karena semangat yang luar biasa terhadap agama.
Yang menyedihkan, adalah ada orang yang menulis buku dan isinya mencantumkan hadits-hadits palsu ini dan lebih menyedihkan lagi bukunya sudah diterjemahkan.
Bahkan karena sangat fanatiknya dengan seseorang sampai ada yang membuat hadits palsu. Semacam hadits, “Lentera umatku adalah Abu Hanifah dan akan muncul di tengah-tengah umatku manusia yang lebih bahaya daripada Dajjal yang bernama Muhammad ibn Idris As Syafi’i”. Hadits-hadits ini muncul karena fantaik berat dengan madzhab.
6. Contoh Contoh Hadits Palsu atau Hadits Maudhu
Berikut contoh contoh hadits palsu :
·         Hadits maudhu’ yang bertentangan dengan sunnah mutawatir ialah Hadits yang memuji orang-orang yang memakai nama Muhammad atau Ahmad, yaitu:
“Bahwa setiap orang dinamakan dengan nama-nama (Muhammad, Ahmad dan semisalnya) ini, tidak akan dimasukkan di neraka”. Hadits tersebut adalah bertentangan dengan sunnah-sunnah Rasulullah SAW yang menerangkan bahwa neraka itiu tidak dapat ditembus dengan nama-nama tersebut, akan tetapi keselamatan dari neraka itu karena keilmuan dan keislaman
·         Hadits maudhu’ yang dinukil dari perkataan orang-orang Mutaqaaddimin, yaitu “Cinta keduniaan ialah modal kesalahan”.
·         Hadits maudhu’ yang dibuat untuk mempertahankan idiologi partainya atau golongan sendiri dan menyerang partai lawannya, yaitu golongannya syi’ah membuat hadits maudhu’ yang memuji diri sendiri, mereka membuat hadits yang isinya untuk menjelek-jelekkan lawannya, seperti Mu’awiyah: “ Apabila kamu melihat Mu’awiyah berada di atas mimbarku bunuhlah”.
Pengikut golongan lain yang merasa golongannya dihina, segera membalas membuat hadits maudhu’ untuk mengadakan revance atau setidak-tidaknya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat padanya. Misalnya hadits maudhu yang membenarkan ke-khilaf-an Abu Bakar, Umar dan Utsman r.a.
·         Hadits maudhu’ yang dibuat untuk merusak dan mengeruhkan Agama Islam, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Zindiq.
“Tuhan kami turun dari langit pada sore hari, di Arafah dengan berkendaraan unta kelabu, sambil berjabatan tangan dengan orang-orang yang bekendaraan dan memeluk orang-oreng yang pada berjalan”.
·         Hadits maudhu yang bertentangan dengan Al Quran:
“ Anak zina itu, tidak dapat masuk surga, sampai tujuh keturunan”.
·         Hadits maudhu’ yang menjelaskan tentang umur dunia:
”Umur dunia itu 7.000 tahun, dan sekarang datang pada ribuan yang ke-7”.
·         “Para sahabatku laksana bintang-bintang. Siapa pun dari mereka yang engkau teladani, niscaya engkau akan mendapat petunjuk.”
·         “Wahai Jabir, bahwa yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah cahaya Nabimu.”
·         “Barangsiapa yang menunaikan haji kemudian tidak berziarah kepadaku, maka dia telah bersikap kasar kepadaku.”
·         “Cinta tanah air adalah sebagian daripada iman.”
·          “Ketika Adam melakukan kesalahan, ia berkata, ‘Wahai Tuhan-ku, aku memohon kepadaMu dengan hak Muhammad agar Engkau mengampuni padaku”.
·         “Semua manusia (dalam keadaan) mati kecuali para ulama. Semua ulama binasa kecuali mereka yang mengamalkan (ilmunya). Semua orang yang mengamalkan ilmunya tenggelam, kecuali mereka yang ikhlas. Dan orang-orang yang ikhlas itu berada dalam bahaya yang besar.”
·          “Sesuap makanan diperut lapar adalah lebih baik daripada membangun seribu masjid jami’”.
·         “Barangsiapa mengucapkan tahlil (la ilaha ilallah) maka Allah menciptakan dari kalimat itu seekor burung yang mempunyai 70.000 lisan, dan setiap lisan mempunyai 70.000 bahasa yag dapat meminta ampun kepadanya”.
·         “Telah dipastikan atau difitrahkan bahwa hati menyukai siapa saja yang berbuat baik kepadanya dan membenci siapa yang berbuat buruk kepadanya”.
·          “Bahwa setiap orang dinamakan dengan nama-nama (Muhammad, Ahmad dan semisalnya) ini, tidak akan dimasukkan di neraka,”
·         “Di surga tidak terdapat satu pohon, selain pohon yang daunnya ditulis dengan kalimat: la ilaha ilahu, muhammadur Rasulullah, Abu Bakar As Shiddiq, Umar Al Faruq dan Utsman Dzun-nurain”.
·          “Bahwa hadits-hadits adalah suatu agama. Oleh karena itu, telitilah dari siapa kamu mengambil pelajaran Agama! Kami sendiri bila menghendaki sesuatu hal, hal itu kami rubah( sedemikian rupa) menjadi suatu hadits”.
·         “Hadiah Allah kepada seorang mukmin adalah adanya pengemis yang menunggu pemberian di depan pintunya”.
·         “ Aku telah melihat Tuhanku dengan tanpa Hijab antaraku dan Dia. Karena itu kulihat segala sesuatu, hingga kulihat sebuah mahkota yang terhias dari mutiara”.
·         “Sungguh Allah itu apabila marah, menurunkan wahyu dengan bahasa Persi dan bila rela, menurunkan wahyu dengan bahasa Arab”.
·          “Rasulullah bersabda : Nanti bakal lahir seorang laki-laki dalam ummatku ini orang yang bernama abu Hanifah An Nu’man sebagai pelita ummatku”.
·         “Rasulullah bersabda : Nanti bakal lahir seorang laki-laki dalam ummatku ini orang yang bernama Muhammad bin Idris, yang paling mengentarkan ummatku daripada iblis.”
·         “Di dalam surga itu terdapat bidadari-bidadari yang berbau harum semerbak, masa tuanya berjuta-juta tahun dan Allah menempatkan mereka di suatu istana yang terbuat dari mutiara putih, pada istana itu terdapat 70.000 paviliun yang setiap paviliun mempunyai 70.000 kibah. Yang demikian itu tetap berjalan dampai 70.000 tahun tidak bergeser”.
·         “Barang siapa yang mengangkat kedua tangannya di dalam shalat, maka tidak sah salatnya”.
·         “Setiap yang ada di langit, di bumi dan di antara keduanya, adalah makhluk, kecuali Allah dan Al quran. Nanti bakal datang kaum-kaum dari ummatku yang mengatakan bahwa Al quran itu adalah makhluk baru. Oleh karena itu, barang siapa yang mengatakan demikian, sungguh kafir terhadap Allah yang Maha Besar dan tertalaklah istrinya sejak itu”.
·         “Barang siapa mencium bunga mawar merah dan tidak ber-shalawat kepadaku, maka berati ia telah menjauhi aku”.
·         “Rasulullah SAW melakukan shalat pada bulan ramadhan tidak berjamaah sebanyak dua puluh rakaat dan witir”.
·         “Sesungguhnya Allah SWT tidak mengizinkan untuk melagukan Al quran”.
·         “Berapa banyak wanita yang cantik jelita, namun mahar yang diterimanya tidak lebih dari segenggam gandum atau yang sepertinya dari buah kurma”. [6]

BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hadits palsu sangat banyak dibuat oleh kelompok-kelompok yang mementingkan pribadi atau kelompok, namun tidak sesuai dengan landasan agama. Sangat banyak masalah yang muncul karena adanya hadits palsu, namun hal ini dapat diatasi dengan mengenali cirri-ciri hadits palsu, sehingga umat Islam tidak menyalahgunakan atau terpengaruh oleh adaya hadits palsu.

DAFTAR PUSTAKA
Al Albany, Nashiruddin, Muhammad.1997. Silsilah Hadits Dhaif dan Maudhu. Jakarta : Gema Isani.
Ar-Rasikh, Mannan, Abdul. 2003. Kamus Istilah-Istilah Hadits. Jakarta: Darul Falah.
Khumaidi, Irham. 2008. Ilmu Hadits Untuk Pemula. Jakarta Barat: CV. Artha Rivera.
http://ainuamri.wordpress.com/2008/01/05/contoh-hadits-maudhu-hadis-palsu/
http://www.Al-Firqotunnajiyyah.blogspot.com/2008/06/hadits-maudhu.html.

footnote

[1] Muhammad Nashirrudin. Silsilah hadits dhaif dan maudhu. Jakarta:1997. Hal 12
[3] Abdul Manan ar-Rasikh. Kamus Istilah Hadits. Jakarta: 2003. Hal. 30
[4] Irham Humaidi. Ilmu Hadits untuk Pemula. Jakarta:2008. Hal.  21
[6] http://ainuamri.wordpress.com/2008/01/05/contoh-hadits-maudhu-hadis-palsu/

Hmmm, diposting kok jadi berantakan gini yaa ??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar